Jumat, 21 November 2014

Berpikir sebelum bicara


Di sebuah gerbong kereta api yang penuh, seorang pemuda berusia kira-kira 24 tahun melepaskan pandangannya melalui jendela. Ia begitu takjub melihat pemandangan sekitarnya. Dengan girang, ia berteriak dan berkata kepada ayahnya, “Ayah, coba lihat, pohon-pohon itu, mereka berjalan menyusul kita.” Sang ayah hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala dengan wajah yang tidak kurang cerianya. Ia begitu bahagia mendengar celoteh putranya itu.


Di samping pemuda itu ada sepasang suami-istri yang mengamati tingkah pemuda yang kekanak-kanakanitu. Mereka berdua merasa sangat risih. Kereta terus berlalu. Tidak lama pemuda itu kembali berteriak, “Ayah, lihat itu, itu awan kan? lihat, mereka ikut berjalan bersama kita juga.” Ayahnya tersenyum lagi menunjukkan kebahagiaan.
Dua orang suami-istri di samping pemuda itu tidak mampu menahan diri, akhirnya mereka berkata kepada ayah pemuda itu, “Kenapa Anda tidak membawa anak Anda ini ke dokter jiwa?” Sejenak, ayah pemuda itu terdiam. Lalu ia menjawab, “Kami baru saja kembali dari rumah sakit, anakku ini menderita kebutaan semenjak lahir. Tadi ia baru dioperasi, dan hari ini adalah hari pertama dia bisa melihat dunia dengan mata kepalanya.” Pasangan suami itu pun terdiam seribu bahasa.
Setiap orang mempunyai cerita hidup masing-masing, oleh karena itu jangan memvonis seseorang dengan apa yang Anda lihat saja. Barangkali saja bila Anda mengetahui kondisi sebenarnya Anda akan tercengang. Maka kita perlu berpikir sebelum berbicara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar