Selasa, 01 Mei 2012

Redenominasi Rupiah


Rencana Redenominasi Rupiah oleh pemerintah, rupanya belum banyak dipahami masyarakat awam. Contohnya tukang sayur langganan saya, memahaminya secara berbeda. Ia hanya mendengar issue bahwa uang Rupiah akan mengalami pemotongan nilai, dari Rp. 1000,00 menjadi hanya Rp.1,00. Dan itu membuatnya gelisah, karena berarti tabungan yang sudah dikumpulkannya selama ini hanya memiliki nilai yang sangat sedikit. Tentu saja saya kasihan melihatnya, kemudian saya jelaskan dengan pengetahuan saya yang serba sedikit ini, bahwa redenominasi itu hanya mengganti sebutan saja, tanpa mengurai nilai Rupiahnya. Jadi kalau nanti redenominasi sudah dijalankan, jika saya membeli seikat bayam darinya biasanya Rp 1000.00,tinggal mengganti sebutannya dengan SATU RUPIAH, dengan menghilangan tiga angka nol di belakang angka satu. Maka senyum si abang kembali merekah! :D


Sebenarnya, apa sih maknanya REDENOMINASI? Ini definisi redenominasi dari Wikipedia : redenominasi adalah pemotongan nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilai tukarnya. Contohnya: Uang Rp. 1.000,- dipotong menjadi Rp. 1,- maka harga 1kg beras Rp. 8.000,- setelah redenominasi menjadi Rp. 8,-.

Jadi, redenominasi itu berbeda dengan sanering/pemotongan uang. berikut ini perbedaan antara redenominasi dan sanering:

1. Redenominasi hanya mengganti sebutan untuk mata uang tanpa mengurangi nilainya. Jadi misalnya saat sebelum redenominasi rupiah dilaksanakan kita bisa membeli sebuah Blackberry seharga Rp 6.000.000,- maka sesudah redenominasi Blackberry itu bisa dibeli dengan harga Rp 6.000,- (nilainya tetap sama, hanya menghilangkan tiga nol di belakang)

2. Redenominasi, hanya bisa dilaksanakan di negara yang ekonominya stabil, sedangkan sanering justru dilakukan saat negara sedang mengalami inflasi yang luar biasa, dan perekonomian dalam keadaan labil.

3. Redenominasi memerlukan masa sosialisasi yang panjang (paling tidak 10 tahun) untuk meningkatkan awareness masyarakat. Sedangkan sanering dilaksanakan secara tiba-tiba dan mendadak (tanpa sosialisasi).

Tapi, sejujurnya, saya sih tidak mengerti manfaatnya redenominasi. Kalau hanya untuk menyederhanakan hitungan, sepertinya tanpa di denominasi pun, saya sudah terbiasa menjumlahkan dengan hanya angka depannya saja. Sebagai contoh, jika saya ingin menjumlahkan 100.000 + 25.000 + 12.000 + 55.000 maka saya cukup menekan angka 100 + 25 + 12 + 55 di kalkulator. Nanti hasilnya tinggal ditambahi angka nol sebanyak tiga buah. Mau dihilangkan nolnya ataupun tidak, toh tidak mempengaruhi nilainya bukan, jika di denominanasi?

Malah, dalam pemikiran saya kok rencana ini adalah proyek yang boros biaya. Bayangkan saja, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk sosialisasi, yang konon direncanakan 10 tahun lamanya itu? Belum lagi biaya yang akan dikeluarkan untuk mencetak pecahan uang baru. Dalam pemikiran saya yang sederhana ini kok mendingan biaya yang akan dikeluarkan buat proyek redenominasi Rupiah itu dipakai untuk membiayai proyek lain yang lebih urgent dan memenuhi harkat hidup orang banyak. Menurut anda bagaimana?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar