Sabtu, 16 Juli 2016

Radiokemo, babak baru pengobatanku (bagian ke 9)


Jika ingin mengikuti dari awal silahkan baca tulisan sebelumnya :

Sunguh sulit menyelesaikan tulisan ini bukan saja karena waktu tetapi juga harus benar benar fokus mengingat kejadian setahun lalu. Hasilnya mungkin tidak sedetail sebelumnya namun muah mudahan bisa menggambarkan proses sebenarnya.

Sebelum dilakukan penyinaran harus diawali dengan persiapan. Tahapan pertama yang harus dijalani adalah membuat cover wajah dulu melalui media yang bentuknya seperti topeng terbuat dari plastik berlubang kecil. Prosesnya tidak lama, bahan yang berbentuk lembaran di mal sesuai dengan bentuk wajah dari ujung kepala hingga bahu kemudian dipanaskn dan ditepelkan ke wajah mengikuti kontur wajah menjadi topeng dengan lubang kecil untuk bernafas di bagian hidung.

Setelah topeng jadi proses selanjutnya adalah menentukan titik yang akan disinar dengan alat khusus yang dimiliki hanya dimiliki oleh RS MRCCC Siloam Semanggi. Sebuah rumah sakit mewah yang kelola oleh Lippo Group. Memang luar biasa rumah sakit ini. Ketika kita masuk hampir tidak ditemukan ciri khas sebuah rumah sakit, malah terkesan seperti sebuah hotel. Bau - bau khas rumah sakit tidak ada sama sekali. Proses disini pun tidak lama topeng yang dibawa kemudian seperti diberi tanda diseratai sebuah cd entah sebagai apa.

Semua siap akhirnya tinggal menunggu antrian proses sinar selama seminggu. Berntung aku menggunakan biaya pribadi yang bisa direimburment kantor kalo saja memanfaatkan BPJS antriannya bisa mencapai tiga bulan,

Secara umum Radiokemo merupakan kombinasi pengobatan antara penyinaran dan kemoterapi dalam waktu yang bersamaan. Setiap lima kali penyinaran akan diikuti oleh sekali kemoterapi. Langsung terbayang perjuangan mempertahankan kondisi tubuh akan semakin berat.

Ternyata proses penyinaran radiologi tidak selama yang dibayangkan, cuma sekitar 5 menit. Alatnya hampir mirip kalo kita melakukan citiscan. Kebetulan saya memilih alat yang 3 dimensi yang katanya dokter membidik titiknya lebih presisi dengan dampak terpaan radioaktif tidak terlalu luas.

Sekali ...dua kali... sampai dengan lima kali disambung kemoterapi, efeknya tidak sedasyat kemoterapi sebelumnya....begitu radioterapi menyentuh angka ke dua digit, barulah efeknya terasa lebih buruk dari kemoterapi. Tidak saja makanan yang masuk tidak punya rasa, juga tenggorokan tidak mau kompromi untuk menelan makanan.

Berkurangnya produksi air liur membuat makanan susah ditelah walaupun itu air sekalipun. asupan makanan makin berkurang hari demi hari hingga menginjak hari ke 20 penyinaran, badan tak kuat lagi diajak bertahan.

Kuputuskan untuk segera mencari kamar di rumah sakit. Aku memilih pemulihan badan dilakukan menggunakan infus untuk memasukkan makanan. Hari dari berikutnya kulalui di rumah sakit hingga berakhirnya penyinaran ke 35.

Lega rasanya bisa melewati masa penyinaran, observasi dilakukan kembali untuk menentukan tahapan akhir proses pengobatanku yaitu sinar dalam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar